tulisan berjalan

INI BLOG KAMI UNTUK BERBAGI PENGALAMAN, ILMU DAN KALAU BISA UANG HE..HE..HEHEHEHEH...

SENI RUPA


TENTANG SENI RUPA


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.
Seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni atau seni murni, kriya, dan desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitikberatkan fungsi dan kemudahan produksi.
Secara kasar terjemahan seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah fine art. Namun sesuai perkembangan dunia seni modern, istilah fine art menjadi lebih spesifik kepada pengertian seni rupa murni untuk kemudian menggabungkannya dengan desain dan kriya ke dalam bahasan visual arts.

  • Sketsa sebagai catatan visual

    Tradisi Renaissance dalam seni rupa berpengaruh sangat besar di seluruh dunia. Seniman zaman itu menggunakan sketsa salah satunya sebagai sebuah catatan visual yang digunakan sebagai acuan dalam membuat karya-karyanya. Seniman seni lukis, kemanapun mereka pergi, selalu  membawa  perlengkapan  berupa  papan  gambar  dan  kertas layaknya membawa kamera untuk merekam hal-hal yang menarik perhatiannya. Dengan demikian dibutuhkan kecepatan dan  kecekatan merekam bentuk-bentuk dalam kejadian atau peristiwa. Dalam hal inilah ketrampilan antara koordinasi tangan dan mata sangat diperlukan dimiliki oleh perupa khususnya pelukis. Henk Ngantung misalnya, membuat sketsa-sketsa  zaman  perjuangan.           Buku  kumpulan  sketsanya  dapat dijadikan sebagai dokumen sejarah tentang suasana zaman perjuangan. Selain mengenai perjuangan, catatan visual Henk Ngantung juga menyangkut  kegiatan  masyarakat  sehari-hari  di  sawah,  di  rumah,  di pasar   dan  sebagainya      sehingga            dapat dijadikan        catatan      historis sosiologis tentang kehidupan masyarakat pada zamannya, sehingga catatan visualnya tidak hanya berguna untuk dunia seni tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh bidang sejarah dan sosiologi sebagaihalny relief-relief pada dinding candi atau lukisan pada dinding gua zaman prasejarah.





    Gambar 214 . Henk Ngantung, Membatik, dan latiha meliter (sumber: Kumpulan Sketsa Henk
    Ngantung)

    Sketsa sebagai media studi bentuk dan warna

    Seorang    seniman    seni    rupa    sangat    penting    memahami   dan menguasai bentuk-bentuk dan warna yang ada di lingkungannya. Mereka perlu melakukan studi visual tentang semua bentuk dan warna yang ingin dijadikan subyek dalam karyanya. Pelukis dan pematung sejak zaman Renaissance menggunakan sketsa sebagai suatu cara melakukan studi bentuk.           Oleh karena sketsa berfungsi sebagai cara melakukan studi bentuk, maka bentuk-bentuk sketsa jenis ini  dibuat tidak harus utuh. Mungkin dalam satu gambar hanya ada satu atau beberapa bagian dari obyek   yan dipelajari.   Maksudnya   adalah   mempelajari   plastisitas, proporsi suatu obyek secara mendetail. Sketsa studi ini dapat hanya berupa garis dengan arsiran atau ditambah dengan blok cat air untuk mendapatkan efek gelap terang untuk memunculkan plastisitas bentuk. Studi mendetail tentang suatu obyek sangat penting dilakukan oleh para perupa terutama yang menekuni gaya realisme. Seorang realis harus hafal  bentuk-bentuk  plastisitas  semua  obyek.  Tanpa  rajin  melakukan studi melalui sketsa, ia tidak banyak memiliki perbendaharaan bentuk.

    Studi untuk sebuah lukisan sangat serius dilakukan oleh para pelukis zaman  Renaissance, seperti  apa  yang  dilakukan oleh  Michel  Angelo dalam mempersiapkan lukisan langit-langit Gereja Sistine Chaple (gb.
    215 a, 216). Hal yang sama  dilakukan oleh Delacroix sebelum melukis Medusa yang menggemparkan (gb. 220, 221, 222). Ia melakukan studi visual dengan membuat sketsa orang-orang yang meninggal dunia sebagai korban tenggelamnya sebuah kapal penumpang. Picasso juga melakukan studi sebelum membuat lukisan dinding Gurnica (gb. 218). Dalam melakukan studinya mereka melakukan eksplorasi bentuk-bentuk, untuk mendapatkan   anatomi   yang   tepat   mereka   menggunakan   model,   sehingga Delacroix misalnya melakukan studi langsung terhadap jenazah korban tenggelamnya Rakit Medusa di rumah sakit.                            Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran ekspresi yang tepat dari orang yang menjadi korban. Perhatikan gambar (221, 222) bagaimana ekspresi orang yang dalam keadaan sekarat atau meninggal dunia. Dengan mengetahui kondisi yang sebenarnya,  Delacroix mampu membuat karya seni lukis yang besar dan sangat berhasil serta terkenal pada zamannya.

    Sketsa sebagai awal berkarya seni rupa

    Dalam dunia seni lukis ada banyak cara mengungkapkan gagasan, misalnya dengan cara spontanitas, yaitu langsung melukis di atas sebuah bidang  gambar  tanpa  memerlukan  sketsa  terlebih  dahulu.   Cara  ini memerlukan kemahiran teknis  yang  tinggi  dan  nilainya  terletak  pada ungkapan spontan yang tidak dapat diulang kembali. Cara lain dengan membuat beberapa sketsa alternatif kemudian dipilih alternatif terbaik untuk dituangkan ke atas bidang gambar. Ada pula langsung membuat sketsa di atas kanvas, biasanya pelukis naturalis dan realis dan juga pelukis tradisional Bali melakukan hal ini.  Cara kedua merupakan sketsa sebagai pendahuluan atau kegiatan awal sebelum melukis atau membuat patung.  Perlu  diketahui  bahwa  membuat  patung  belum  ada  yang dilakukan secara spontan kecuali pematung tradisional yang telah hafal dengan bentuk dan atribut patung yang sama dari zaman ke zaman. Oleh    karenanya,      seniman          pematung modern sangat membutuhkan sketsa  sebelum  mulai  membuat  patung.            Aguste  Rodin,  sebelum membuat jendela dengan patung yang berjudul The Gate of Hell, idenya berasal dari sebuah sketsa yang sangat sederhana (gb. 223 a). Dari sketsa yang sederhana tersebut kemudian dikembangkan menjadi model dari tanah liat, setelah modelnya sempurna lalu dibuat cetakannya. Jadi, sketsa berupa gagasan kreatif yang sepintas melintas di benak ditangkap dan dituangkan secara visual. Hal inilah yang menyebabkan kemampuan membuat sketsa sangat penting dalam dunia seni rupa terutama yang membutuhkan perencanaan matang seperti seni patung patung, grafis komunikasi, seni kriya, dan desain untuk benda-benda indutri



    Sketsa sebagai seni sketsa

    Sketsa sebagai sebuah seni tidak memerlukan ketepatan bentuk, namun      yang    dipentingkan               adalah ungkapan        estetik    berdasarkan rangsang  visual  dari  obyek  yang  diperhatikan.  Jadi  dalam  hal  ini membuat sketsa  hampir  sama  dengan  melukis  secara  spontan  yang dibatasi dengan goresan-goresan yang esensial saja. Oleh karena itu kemampuan yang dibutuhkan adalah menangkap hal yang esensial dari sebuah obyek.                   Sebuah obyek tegak dapat pula diungkapkan dengan garis meliuk, atau miring. Hal ini tergantung dari suasana batin sang perupa dalam mengungkapkannya secara visual dan nilai estetik yang dianutnya. Pada gambar 185, Nyoman Gunarsa lebih banyak bekerja di studio, bentuk-bentuk yang dibuatnya lebih banyak berupa pengalaman tentang seni budaya Bali sebagai lingkungan budayanya. Oleh sebab itu


    ia mampu mengungkapkannya tanpa melihat langsung ke obyek yang dilukisnya dengan lancar tanpa hambatan perbendaharaan visual yang diperlukannya, sehingga spontanitas dapat dicapai. Namun demikian ada pula kelemahannya, yakni upaya mengekspresikan idealisasi dapat terjebak  pada  pengulangan-pengulangan jika  tidak  sering  melakukan pengamatan dan catatan visual langsung                                                             terutama mengenai detail- detail yang kadang sulit untuk diingat.


     

    
    

2 komentar:

  1. Materinya sangat bagus dan sangat menarik bagi saya. Sangat jelas dan tidak terlalu berbelit belit. Mudah di pahami.

    BalasHapus
  2. Materi nya sangat bagus, dan mudah di pahami

    BalasHapus